Jakarta, mediarakyatdemokrasi.com- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan fenomena El Nino yang membuat kemarau panjang di Indonesia akan mulai berakhir pada Maret, April 2024 mendatang.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa fenomena El Nino telah dimulai sejak Juli.
“Sudah dimulai sekitar Juli dan akan berlanjut bahkan hingga, indeksnya tahun depan, awal tahun, kalau nggak salah sampai Januari, Februari itu masih nanti indeksnya itu ada akan terjadi berlanjut,” ungkapnya dalam dialog yang ditayangkan di Media Sosial resmi BMKG, Senin (25/9/2023).
Lebih lanjut, Dwikorita mengatakan pengaruh El Nino akan mulai mereda pada bulan November, saat Indonesia mulai memasuki musim penghujan.
“Namun, kita diuntungkan November tadi sudah mulai hujan. Jadi pengaruh El Nino itu menjadi seakan-akan terkalahkan dengan hujan.”
“Nah ini prediksi El Nino, hasil prediksi jadi caranya memprediksi ini ada waktu ya, ini misalnya sekarang ini ya September, Oktober, November tahun 2023, nah kita lihat El Nino nya masih moderat. El Nino nya kan dimulai sejak Juni, Juli, lemah tapi meningkat jadi moderat mulai Juli, Agustus, (kemudian) September semakin meningkat, puncaknya ya, ini mulai turun setelah September, Oktober ini mulai turun ya turun-turun terus,” kata Dwikorita.
“Nah ini sampai bulan apa? Februari, Maret, April, ini lemah, moderat nya berakhir sekitar bulan Februari. Nah jadi sampai Maret, April itu masih El Nino,” jelasnya.
Dwikorita kembali mengatakan bahwa fenomena El Nino akan menurun pengaruhnya karena diuntungkan pada bulan November mulai masuk musim penghujan.
“Jadi yang harusnya kita kekurangan curah hujan tapi mendapat pasokan di bulan November itu anginnya sudah bertiup dari Asia yang membawa uap-uap air. Nah jadi karena ada hujan, Insya Allah keringnya ini pengaruhnya menjadi kalah dengan musim hujan.”
“Kalau sekarang itu parahnya, pas musim kemarau itu memang lazimnya hujannya jarang, diperparah dengan El Nino, jadi saling menguatkan. Apalagi tidak hanya El Nino, di Indian Ocean Dipole Positif, itu pengaruhnya sama ke Indonesia adalah curah hujannya menjadi rendah. Sudah tidak ada hujan di musim kemarau dipaksa curah hujannya rendah kan semakin habis. Tadi awannya semakin nggak ada,” pungkasnya. (Ag)