Surabaya, mediarakyatdemokrasi.com- Sosial Enginering atau Soceng bisa dimaknai pembegalan rekening yang hingga saat ini belum ada penawarnya, bahkan bisa dikatakan sulit sekali mengungkap pelaku kejahatan yang sudah sangat meresahkan masyarakat ini.
Dari pantauan LSM Gabungan Rakyat Demokrasi Indonesia atau disingkat Garad Indonesia sebagai bagian Media Rakyat Demokrasi Grup, rata-rata korban adalah nasabah dari Bank Rakyat Indonesia (BRI), dimana Bank tersebut adalah ber plat merah atau bisa dikatakan sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Tercatat hampir puluhan nasabah yang menjadi korban, dan uang yang diambil dari rekening nasabah nilainya puluhan bahkan ratusan juta rupiah." Ujar yang akrab dipanggil Achmad Garad.
Menurutnya lagi, nasabah yang menjadi korban harus gigit jari karena pihak Bank tidak akan mengembalikan uang nasabah yang menjadi korban tersebut.
"Mereka hanya memberikan klarifikasi dan yang pasti tidak akan mengganti, karena bukan kesalahan dari Bank, malahan korban diminta lapor saja ke Polisi." Ungkapnya.
Maka dari itu, ia berharap kepada Erick Thohir selaku Menteri BUMN segera melakukan evaluasi yang lebih kongkrit, supaya ada solusi terbaik bagi nasabah yang telah menjadi korban.
"Menurut saya, ini sudah darurat sipil, Pak Erick bisa segera melakukan evaluasi secara menyeluruh, kalau boleh kasih saran, bentuk Tim khusus sendiri dengan menggandeng ahli-ahli IT atau semacamnya yang bisa terhubung langsung dengan APH, jadi bukan hanya sekedar memberi edukasi atau himbauan saja, karena rata-rata nasabah dari Bank ini bisa dikatakan jauh dari jangkauan yang bisa jadi minim informasi." Pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, seorang wanita bernama Nur Indah Sari (24) harus menahan sedih lantaran uang di dalam rekeningnya hilang. Uang sebesar Rp 54 Juta di dalam rekeningnya hilang entah kemana.
Nur Indah Sari tak tahu menahu kenapa uang di dalam rekeningnya bisa lenyap begitu saja. Kejadian tersebut terjadi di Percut Seituan Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara.
Nur Indah Sari kehilangan uang dari rekeningnya pribadinya dengan total saldo Rp 54 juta dan kini sisa Rp 81 ribu.
Saat diwawancarai Nur Indah Sari warga Desa Kolam Kecamatan Percut Seituan ini mengaku Meski sudah membuat laporan resmi ke bank tersebut namun sampai sekarang belum ada tanda-tanda kejelasan kapan uangnya akan dikembalikan oleh pihak bank.
Ia pun mengaku sangat kecewa dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak bank.
"Uangnya itu raib pada 8 Oktober dan saya baru tau pada tanggal 9 Oktober jam 18.00 karena ada pemberitahuan email yang masuk. Dananya itu keluar 3 kali."
"Ya saya kecewa kali kok bisa kejadian seperti ini sama saya, "ujar Nur Indah Sari ketika ditemui di Lubukpakam Rabu, (26/10/2022).
Pegawai klinik swasta di Lubukpakam ini menyebut sesuai pemberitahuan dari email pada tanggal 8 Oktober itu uang hilang mulai dari pukul 09.02 wib sebesar Rp 19.8 juta.
Enam menit kemudian hilang lagi Rp 33 juta. Pukul 09.12 kembali lagi hilang Rp 1 Juta.
"Baru ada juga 100 ribuan ditarik cuma ini nggak masuk ke email. Saya ya kaget baca email ada penarikan uang."
''Karena baru bulan Agustus saya jadi nasabah saya sempat bertanya soal email yang masuk sama kawan, apa maksudnya tapi rupanya kata kawan ya memang ia itu uang saya yang keluar, "kata Nur.
Ia menyebut saat buka tabungan di bank simpang kolam itu sempat meminta agar dibuatkan ATM. Namun saat itu pegawai menyarankan agar mendowload Brimo dari HP.
Setelah didownload kemudian data-data pun diisi oleh pihak bank.
"Waktu itu nggak dikasih ATM karena lagi kosong katanya (kartunya) disarankan pakai Brimo."
"Awal masukkan tabungan Rp 69,8 juta dan baru sekali mentransfer ke tempat orang."
"Ini uang sebenarnya punya orang tua untuk bangun rumah adik." "Ya untuk kebutuhan orang tua juga. Makanya saya berharap uang bisa dikembalikan," ucap Nur.
Ia bersama dengan Pamannya, Zailani sempat mendatangi bank tersebut mempertanyakan mengapa masalah itu bisa terjadi. Namun saat itu pihak bank disebut hanya menjawab agar mereka menunggu saja.
"Dibilang tunggu 4 hari dulu dan nanti telepon call center."
"Seminggu datangi nggak juga tunggu Pusat katanya."
"Dibilang kejahatan perbankan, modus penipuan baru akan di konfirmasi ke pusat."
"Data sama mereka kok bisa pula nasabah yang dirugikan," kata Zailani.
Sementara itu Supervisor Bank Plat Merah Simpang Kolam, Listiani Purnamasari yang di konfirmasi www.tribun-medan.com tidak bisa memberikan komentar.
"Saya nggak berhak lah pak (memberikan klarifikasi). Ketentuannya saya hanya bisa kasih keterangan sama ibu Nur Indah saja. Saya nggak punya kewenangan untuk berbicara kepada wartawan," kata Listiani.
Artikel ini telah tayang di TribunNewsmaker.com dengan judul Rp 54 Juta dalam Rekening Lenyap, Wanita Ini Gigit Jari Nasib Tabungannya Hilang Entah Kemana
(red)