Surabaya, mediarakyatdemokrasi.com- Pemilu 2024 segera dilaksanakan, diperkirakan kurang lebih 90 hari kalender Indonesia akan mempunyai pemimpin baru menggantikan Presiden Jokowidodo, namun ada yang menarik untuk diulas dimana munculnya Gibran sebagai Cawapres.
Hal ini sangat menarik untuk dijadikan diskusi santai bersama senior dalam menanggapi isu dalam dunia per Politikan di Indonesia.
Hal itu diketahui saat Achmad Garad selaku koordinator kelompok relawan mandiri (KRM) berdiskusi bersama Santoredjo yang bisa dikatakan sebagai senior PDIP yang berdomisili di wilayah Raya Kandangan Surabaya, yang mengaku akhir-akhir ini merasa prihatin dengan adanya fenomena dalam dunia perpolitikan di Indonesia yang akhir-akhir ini menarik jika menjadi ulasan.
"Munculnya Gibran sebagai Cawapres Prabowo, bisa dikatakan fenomena baru dalam dunia per Politikan, namun patut disayangkan karena jika dicermati dari sisi kepantasan, Seharusnya di masak dulu supaya matang dengan sempurna." Ujar Santoredjo dalam jagongan (diskusi ala Surabaya). Kamis malam Jum'at Legi (manis) (29/11/2023).
Pria yang bisa dikatakan sebagai pendukung penuh Jokowi pada Pilpres sebelum-sebelumnya itu juga menambahkan bahwa kemunculan Gibran bisa dikatakan sebagai representasi Jokowi, namun ia akui bahwa dalam Pemilu kali ini tak sejalur.
"Dalam pengamatan saya, ada 2 negara dalam hal ini Cina dan Rusia masih memerlukan Jokowi. Namun jika dalam realisasinya ternyata Prabowo-Gibran kalah, yang jadi pertanyaan saya, masak sih Gibran harus di korbankan?." Ungkapnya.
Namun bagaimanapun, sebagai berjiwa nasionalis, kali ini ia bersih kukuh mendukung penuh pasangan no 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
"Secara garis besarnya, perjuangan memenangkan Ganjar-Mahfud memang agak berat, cuman secara jiwa dan raga, saya tetap berpegang teguh dalam uraian sebagai kaum nasionalis, itu tidak akan bisa dirubah." Ujarnya.
Ia juga mengingatkan kepada para Partai pengusung dan pendukung baik di tingkat pusat hingga tingkat daerah, harus tetap bersinergi dan menggandeng relawan diluar struktural.
"Intinya, saling melengkapi. Jangan berjalan sendiri-sendiri, apalagi mengkotak-kotakkan relawan yang tujuannya hanya memenangkan diri sendiri sebagai Calon Legislatif, ini sama saja bunuh diri. Relawan non struktural ini biasanya terkendala terkait kebutuhan logistik, nah ini perlu peran dari Partai pengusung dan pendukung untuk memenuhi. Karena jika tidak, suara Ganjar akan tergerus habis." Pungkas yang juga selaku dewan penasehat KRM tersebut. (Ag)