Sampang, mediarakyatdemokrasi.com- Persoalan dugaan pencemaran nama baik yang dilakukan oleh beberapa media online di Sampang kepada wartawan media Targetnews.id selaku Koorlap Sampang, atas pemberitaan terkait pengancaman dan pemerasan kepada oknum Kades Tembelangan nampaknya mengarah kepada pembenturan sesama jurnalis atau media.
Pasalnya, sesuai dengan kutipan lead di media online tersebut yang berbunyi. "Oknum aktivis yang mengaku wartawan, namun tidak jelas medianya ini diduga melakukan pemerasan dengan ancaman kepada Kades Tambelangan, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang."
Sedangkan kutipan dari media online lainnya yang berbunyi.
"Kepala desa membenarkan. Bahwa dirinya merasa diancam dan merasa diperas. Melalui WhatsApp. Dengan nomor HP 082 14111 3958. yang diduga no hp Pelaku. Kemudian saya mencari informasi bahwa nomor tersebut ini siapa pemiliknya, sesudah saya mendapatkan informasi pemiliknya anisial. MTB nama panggilannya inisial A nama aslinya, isi pengancaman ke saya Mas.ujarnya.” Kata penulis.
Hal ini, menurut narasumber. Penulisan tersebut dianggap kurang fair dan tidak mengindahkan kode etik jurnalistik.
"Point pertama, apakah penulis sudah konfirmasi dan klarifikasi kepada kedua belah pihak? Point kedua, apakah si penulis memahami kode etik produk jurnalistik, dan point ketiga, apakah ada dan/dibenarkan di kode etik produk jurnalistik dengan sadar menulis nomor pelaku/korban, kalau semisal ada, bisa dijelaskan oleh penulis." Ujar narasumber berinisial MTB yang juga selaku wartawan tertuduh tersebut.
Ia menceritakan detail kronologisnya yang dianggap melakukan pengancaman dan pemerasan oknum Kades Tembelangan Sampang Madura.
"Berawal dari pesan singkat whatsapp, saya menghubungi kepala desa itu (Tambelangan) dengan mengajukan proposal untuk kegiatan TargetNews.id di bulan ramadhan dengan bagi-bagi takjil, selang beberapa hari saya main ke Kejaksaan yang di Sampang dengan niat siapa tau di sana ada kegiatan, tapi setelah itu saya melihat-lihat program pemerintah mengenai terkait PTSL, iseng-iseng saya lihat ternyata di wilayah sampang ada kegiatan tersebut di beberapa desa lengkap dengan kecamatannya." Ungkapnya.
Masih MTB, "Mengetahui program pemerintah itu, saya menemukan narasumber, dan narasumber saya itu dari Desa Tambelangan, lalu saya ingat waktu di Kejaksaan saya sempat dokumentasi Desa dan Kecamatan mana saja yang melaksanakan program pemerintah (PTSL) saat itu, dan kebetulan saya kan sudah terhubung dengan Kepala Desa Tambelangan, nah..saya hubungilah beliau melalui pesan singkat whatsapp dengan mengirim hasil dokumentasi saya di kejaksaan dengan caption “iseng-iseng main ke sini." Kemudian saya meminta izin ingin klarifikasi terkait program PTSL itu yang saya dapat dari narasumber saya, namun hasilnya di luar dugaan saya, Kepala Desa Tambelangan membalas pesan singkat whatsapp yang saya kirim dengan jawaban “saya lagi di luar, nanti ke sini kalau saya ada uang”, di pesan whatsapp saya, saya sempat bingung maksud dan tujuan kades itu apa? Membalas pesan saya seperti itu.
MTB juga menambahkan. "Di hari berikutnya, saya mendapat musibah, yakni orang tua saya masuk rumah sakit, dan pada saat menerima kabar seperti itu, saya bingung karena saya belum ada uang sama sekali, akhirnya saya kirim pesan singkat ke kades “pak kades saya mau minta tolong, orang tua saya masuk rumah sakit, kalau tidak ada atau tidak bisa membantu tidak apa-apa” isi percakapan di whatsapp. Namun selang beberapa jam, muncullah berita itu..yang mana saya dianggap memeras dan mengancam kades itu." tambahnya.
Karena hal itu, ACH Bunadiono Al Aqshor S.H selaku pimpinan umum media targetnews.id turut mengomentari apa yang telah dialami oleh anggotanya tersebut.
"Miris sebenarnya, kalau sesama media merasa dibenturkan. Padahal dalam profesi ini kan ada UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik sebagai pedoman pelaksanaan kerja." Ujar yang akrab dipanggil Habib Gila ini.
Ia menambahkan, bahwa pihaknya sudah melakukan upaya supaya duduk bersama dengan beberapa media online tersebut, karena masih menghormati sesama profesi. Namun hingga kini para pihak yang terkait dalam pemberitaan tersebut seolah tak menggubris.
"Kami sudah coba hubungi, supaya duduk bersama. Tapi tak ada tanggapan sama sekali. Kami berupaya untuk mencari solusi karena profesinya sama. Tapi karena tetap tidak ada tanggapan. Ya sudah, saya kembalikan kepada anggota saya untuk dibawa kemana persoalan ini." Pungkasnya. (red)